awal kalam, assalamualaikum
ana sekadar ingin mengajak kita semua mengingat kembali kisah ini
kisah nabi Musa a.s. bersama nabi Khidir a.s.
*****
Kisah Perjalanan Ladunni Nabi Musa AS bersama muridnya serta Nabi Khidir AS merupakan kisah yang telah lama kita kenal dan sebut-sebutkan untuk menjadi contoh tauladan kepada manusia yang berilmu. Kisah ini mengandungi pengertian yang sangat dalam dalam ertikata mengenal Sang Pencipta yang Maha Besar. Di mana tempat ‘jumpanya’ ilmu itu? Itulah dia di tempat pertemuan antara dua laut. Di situlah bermulanya Ladunni yang di sebut-sebut para Ahli Sufi. Kisah perjalanan Ladunni Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS dinukilkan di dalam terjemahan Firman Allah SWT di dalam Surah Al-Kahfi (ayat 60 hingga 82). semoga mendapat manfaat bersama.
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau
aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”. Maka tatkala mereka sampai ke
pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu
melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka berjalan
lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah ke mari makanan
kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”.
Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat
berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan
tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk
menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut
dengan cara yang aneh sekali.” Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita
cari”.
Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka
bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami
berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidir: “Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”
Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar
bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” Musa berkata: “Insya
Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak
akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun”. Dia berkata: “Jika kamu
mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa
pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu”.
Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu
lalu Khidir melobanginya. Musa berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu
itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?” Sesungguhnya kamu
telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. Dia (Khidir) berkata:
“Bukankah aku telah berkata: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan
sabar bersama dengan aku”
Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan
janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”.
Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan
seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu bunuh
jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya
kamu telah melakukan suatu yang mungkar”. Khidir berkata: “Bukankah
sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar
bersamaku?”
Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah
(kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu,
sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku”.
Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu
tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya
mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka
Khidir menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya
kamu mengambil upah untuk itu”. Khidir berkata: “Inilah perpisahan
antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja
di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan
mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak
itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami
khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada
kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka
mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari
anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di
kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua,
sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar
supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya
itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu
menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”.
Itulah kisah perjalanan Musa AS bersama Khidir AS. Itulah dia Ilmu
yang diajarkan Allah kepada Khaidir AS yang di sebalik Hitam dan Putih.
…di mana ada aku, di situ ada DIA…
=)
No comments:
Post a Comment